Kamis, 24 Oktober 2013

DAFTAR PESERTA DIKLAT GURU AGAMA DALAM JABATAN






RENUNGAN: TIDAK ADA MANUSIA YANG SEMPURNA

Oleh: Sumiati J, S.Sos.I., M.Si

Orang bijak berkata, orang baik itu bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, tapi yang menyadari kesalahannya dan mau memperbaikinya.

Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. Sehebat apapun seseorang, pasti dia memiliki kelemahan sebagai seorang manusia.

Oleh karena itu, janganlah kita sebagai sesama manusia selalu mencari kelemahan ataupun kesalahan orang lain. Karena siapapun di dunia ini pasti tidak akan pernah mau dan tidak akan pernah suka kalau kita menyebarkan kekurangan atau kelemahannya.

Sebagai seorang teman, istri atau suami, atasan atau bawahan, janganlah kita selalu menuntut orang-orang di sekitar kita selalu sempurna. Karena sampai kapanpun, kita tidak akan menemukan kesempurnaan itu kalau kita selalu mencari kelemahan orang lain. Belajarlah untuk selalu melihat dan menghargai kelebihan orang lain. Dan banyak-banyak belajarlah dari kelebihan orang lain, sekiranya itu bisa membuat kita menjadi manusia yang lebih baik.

Dalam berumah tangga misalnya, terkadang seorang istri selalu mengharapkan suaminya adalah orang yang sempurna dalam segala hal. Ganteng, kaya raya, memiliki jabatan dalam pekerjaannya, baik hati, disukai setiap orang, dll. Tapi kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Ketahuilah, bahwa sebagai manusia terkadang kita harus mampu berdamai dengan diri kita. Kita harus puas dengan apa yang kita miliki hari ini. Dan kita harus pandai mensyukuri, memelihara dan mengembangkan semua potensi yang ada, agar menjadi sesuatu yang menuju kearah kesempurnaan.

Jika diberi suami kaya, jangan lupa untuk bersedekah. Memiliki suami ganteng, jangan lupa untuk selalu bersyukur, memberikan perhatian dan melayaninya dengan tulus. Jika memiliki suami dengan jabatan tinggi, jangan lupa untuk selalu mensupportnya setiap saat. Karena jabatan adalah amanah. Jangan sampai suami kita jadi lupa dan melakukan hal-hal yang melanggar aturan agama maupun pemerintah. Dan seterusnya.

Banyak hal bisa kita lakukan sebagai manusia. Jangan hanya mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang lain. Karena itu justeru hanya akan menjadikan kita manusia yang selalu berpikiran negatif. Apa-apa selalu dilihat dari sisi negatifnya. Sehingga kita tidak akan pernah bahagia, dan tidak akan pernah melihat orang lain secara objektif.

Ketahuilah, sesungguhnya Allah lebih mengetahui apa pun yang terjadi di dunia ini. Tanpa terlewat sedikitpun. Kita manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dengan sebaik-baik rupa, namun dengan segala keterbatasan alias tidak sempurna.

Ketika kita mencari-cari kelemahan orang lain, sesungguhnya saat itu kita sedang berteman dengan syaithan yang setiap saat selalu membisikkan kita untuk selalu berpikiran negatif terhadap orang lain. Dan sesungguhnya pada saat yang bersamaan, kita merasa tidak percaya diri dengan kemampuan yang kita miliki. Sehingga kita berusaha mencari kesalahan dan kekurangan orang lain dengan cara menjelek-jelekkan orang lain. Tanpa kita sadari juga, kita telah memupuk kekurangan kita sendiri. Yakni suka mencari kesalahan dan kekurangan orang lain.

Untuk itu, isilah selalu hari-hari kita dengan hal-hal yang baik, positif  dan bermanfaat. Hari ini harus lebih baik dari hari kemaren, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.***



Selasa, 15 Oktober 2013

GALERI KEGIATAN PEMBINAAN GURU AGAMA ISLAM






Salah satu kegiatan Pembinaan Guru Agama Islam yang dilakukan oleh Seksi Pendidikan Agama Islam Kantor Kementerian Agama Kota Pontianak.

Kamis, 10 Oktober 2013

Menyembelih Hawa Nafsu

Oleh Sumiati J S.Sos.I M Si

Hari Raya Qurban setiap tahun selalu datang. Pada hari itu, banyak sapi dan kambing dikorbankan. Sebuah ritual sebagai bentuk kecintaan umat Islam kepada Allah SWT. Apakah manfaat langsung dari kurban itu?
Secara umum, hewan yang dikurbankan, dagingnya bisa dinikmati oleh kaum miskin. Dalam hal ini, kurban mencerminkan sisi sosialnya. Umat Islam diajak untuk berbagi kepada orang yang kurang mampu.
Namun, hal yang lebih penting dari semua itu adalah, peningkatan kecintaan pribadi umat Islam kepada sang Pencipta, Allah SWT. Sebagai mana orang pergi haji, harus melaksanakan berbagai ritual yang penuh perjuangan. Begitu juga kurban, kita dituntut untuk berkurban. Bukan semata hanya menyembelih hewan kurban, melainkan "menyembelih" hawa nafsu yang menjauhkan kita dari Allah SWT.
Sebuah ilustrasi. Suatu hari, ada orang minta sumbangan untuk pembangunan masjid. Biasanya, orang akan nyumbang berkisar antara Rp 10 ribu sampai Rp 100 ribu. Kenapa? Karena uang besaran itu memang tinggal diambil di dompet. Kenapa tidak menyumbang Rp 1 juta sampai Rp 10 juta atau lebih dari itu? Jawabannya, sayang. Masih banyak kebutuhan lain yang lebih mendesak.
Dalam ilustrasi tersebut, kenapa tidak menyumbang dalam jumlah besar. Padahal, Allah telah menjamin surga. Di sinilah saya melihat, tidak ada jiwa berkurban.
Memaknai Hari Raya Qurban, marilah kita berkurban dari sesuatu yang paling kita sayangi untuk kemaslahatan yang lebih besar baik di dunia dan akhirat. Terima kasih

Kamis, 26 September 2013

Kebangkitan Nasional Untuk Perempuan

Oleh : Sumiati J, S.Sos.I., M.Si
Setiap tanggal 20 Mei, seluruh rakyat Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Sejarah Harkitnas ditandai dengan berdirinya sekolah formal pertama untuk pribumi di Indonesia, yakni Boedi Oetomo. Inilah sekolah perdana untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat Indonesia lewat pendidikan. Di sekolah inilah pertama kalinya diajarkan nasionalisme. Banyak tokoh politik Indonesia di awal-awal kemerdekaan lahir dari sekolah yang didirikan oleh Dr. Soetomo ini.  Wajar apabila Pemerintah Indonesia menetapkan 20 Mei sebagai Harkitnas.
Hal yang sangat penting dari Harkitnas adalah kata kebangkitan. Kata kebangkitan berasal dari kata dasar, bangkit. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, bangkit bisa diartikan, bangun. Bisa juga bangun (hidup) kembali, dan timbul atau terbit. Kalau diartikan dalam Bahasa Melayu Pontianak, bangkit bisa berarti mayat hidup. Bisa saya sederhanakan, bangkit berarti sebelumnya jatuh, tenggelam, gelap, lalu berdiri lagi, timbul lagi, terang lagi. Ada masa yang kelam sebelumnya, lalu berubah menjadi terang. Bangkit dari keterpurukan. Bangkit dari kegelapan. Bangkit dari kebodohan. Bangkit dari kemunduran, dan sebagainya. Di kata bangkit mengandung semangat, daya juang, daya dobrak, dan keberanian.
Kaitannya dengan perempuan, untuk saat ini perempuan memang belum bisa sepenuhnya disejajarkan dengan kaum laki-laki.Walaupun demikian, peran serta perempuan sudah banyak mengisi segala sektor yang ada di masyarakat. Di dunia politik, Undang-Undang mensyaratkan harus 30 persen diisi oleh perempuan. Di bidang pemerintahan, Indonesia pernah dipimpin oleh Megawati Soekarno Putri. Di bidang ekonomi, banyak perempuan terlibat bisnis, dan tak jarang menjadi CEO. Pokoknya, di bidang apa saja, sudah boleh diisi oleh perempuan. Untuk saat ini, kaum perempuan boleh berbangga bila dibandingkan sejumlah negara yang banyak memposisikan perempuan sebagai ibu rumah tangga, ngurus anak, dan melayani suami saja, serta tidak boleh beraktivitas di luar rumah.
Pemerintah yang menggalakkan kesetaraan gender, memang patut dibanggakan oleh kaum hawa. Kesetaraan tersebut membuat kaum perempuan bisa masuk ke segala lini kehidupan bernegara dan berbangsa. Namun, sejauh ini, upaya tersebut masih belum maksimal. Saya melihat, masih banyak instansi baik swasta maupun negeri, melihat perempuan kaum yang lemah. Keputusan-keputusan penting di daerah ini banyak yang tidak melibatkan perempuan. Perwakilan perempuan seolah-olah belum dianggap penting.
Sebagai contoh, dalam pengambilan keputusan untuk membuat Peraturan Daerah (Perda), jarang perempuan dilibatkan. Kalaupun dilibatkan hanya sebatas “penghias” belaka. Lihat jabatan ketua di DPRD, tidak ada yang perempuan. Untuk ketua komisi saja, tidak ada perempuan. Padahal, perempuan ada juga duduk di Dewan. Apakah hal ini disengaja, atau melihat perempuan yang di legislatif tidak berkualitas? Tentunya perlu diperdebatkan jika pertanyaan itu diajukan. Siapapun yang duduk di Dewan adalah orang terpilih. Bayangkan, dari sekian banyak rakyat Kalbar, hanya terpilih 55 orang saja. Itu tandanya bahwa siapapun yang duduk di DPRD Kalbar, termasuklah perempuan adalah orang pilihan. Kenyataannya, perempuan tidak mendapat tempat di rumah rakyat itu.
Belum lagi di pemerintahan provinsi, hanya segelintir perempuan saja yang mengisi jabatan penting. Kalau kita hitung 30 persen keterwakilan perempuan, tidak cukup. Begitu juga kalau turun ke bawah, jabatan kepala bidang juga masih didominasi kaum laki-laki. Namun,  kita juga bangga dengan Pemkot Pontianak  yang sudah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada birokrat perempuan. Hal ini ditandai dengan banyaknya perempuan menjadi kepala dinas. Bahkan, di Kementerian Agama yang selama ini “kurang berpihak” pada perempuan, sekarang mulai memperhatikan peran perempuan itu sendiri. Sebagai bukti, untuk pertama kali Kepala Kantor Kementerian Agama diisi oleh perempuan, yakni Kepala Kantor Kementerian Agama Kubu Raya, Dra Hj Isriyah.
Sebagai kaum perempuan, kami sebenarnya tidak banyak menuntut. Perlu diketahui, laki-laki dan perempuan di mata Tuhan itu sama. Yang berbeda hanyalah jenis kelamin. Soal kualitas, pendidikan, kemampuan, boleh diadu. Menjadi persoalan adalah kesempatan untuk perempuan yang banyak tak diberikan. Saya yakin, ketika kesempatan itu diberikan, kaum perempuan baik di politik maupun pemerintahan, kualitasnnya tidak akan jauh beda dengan kaum laki-laki. Saya berharap, tokoh-tokoh politik maupun pejabat teras di pemerintah, slogan kesetaraan gender jangan hanya slogan saja, melainkan harus diimplementasikan.
Dalam tulisan ini juga saya mengimbau kepada perempuan, jangan hanya banyak menuntut. Kita perlihatkan bahwa kita juga memiliki kemampuan. Masuklah ke organisasi politik, organisasi pemuda,organisasi perempuan, LSM, atau organisasi apa saja yang bisa membuat kita terberdayakan. Kalau kita tidak aktif berorganisasi, bagaimana kita mau berjuang untuk kiprah kita di segala bidang? Selain itu, saya berharap, pemerintah juga memperhatikan peran perempuan. Berikanlah mereka kesempatan seluas-luasnya untuk memimpin, bukan selalu dijadikan staf.
Kalau perempuan terus meningkatkan kemampuan, saya yakin Harkitnas juga menjadi momentum untuk kebangkitan kiprah perempuan di negeri ini. Sebaliknya, kalau perempuan masih disibukkan dengan pribadi, sampai kapanpun perempuan dipandang “lemah” oleh kaum adam. Mari bangkit sekarang dengan meningkatkan SDM di segala bidang. Bangkitlah wahai kaumku, Selamat Harkitnas!
Penulis adalah Pelaksana Administrasi Seksi PAI Kemenag Kota Pontianak, Sekretatis DWP Kemenag Kota Pontianak, Sekretaris II BKMT Kota Pontianak, Sekretaris PMQ Kota Pontianak.