Selasa, 11 Februari 2014

Pengalaman Adalah Guru Paling Berharga



Hidup berumah tangga itu tidak selamanya manis dan indah. Pada akhirnya pengalaman juga yang akan menjadi guru paling berharga yang bisa menuntun kita. Setiap pasangan yang baru menikah perlu waktu untuk menyesuaikan diri. Terkadang, walaupun pacaran bertahun-tahun, belum bisa mengetahui seluruh kebiasaan pasangannya. Setelah menikah, barulah seluruh sifat aslinya terlihat.
Banyak hal terkadang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dan diharapkan. Hati-hati, hal tersebut bisa menjadi pemicu ketidakharmonisan berumah tangga. Oleh karena itu, luruskan niat agar bisa menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Demikian nasehat pernikahan yang disampaikan Drs. H. Hasan Gafar dalam acara walimatul urusy pasangan Assyifa Sekar Arum putri Bapak Baskoro Effendy dan Romy Hernadi, Minggu (2/2/2014).
Lebih lanjut pensiunan Kementerian agama ini menjelaskan, kata Rasulullah ada empat motif pernikahan. Dan janganlah disalahgunakan, karena tidak akan mencapai kebahagiaan. Pertama, menikah karena kekayaan. Berharap ingin numpang hidup. Maka tidak akan ada keberkahan, Kedua, menikah karena anak bangsawan. Berharap ingin numpang kehormatan. Maka dia akan terhina. Ketiga, menikah karena kecantikannya. Berharap ingin dipuji dan disanjung. Maka itu tidak akan abadi. Keempat, dinikahi seorg wanita itu, krn agama dan akhlaknya.
Maka akan dimudahkan rezeki dan kecantikannya ditambah. Selanjutnya, setiap pasangan suami istri juga harus mengetahui tugas dan kewajiban masing-masing. Bukan hanya tahu, tapi mengamalkannya. “Rumah tangga bahagia, bukan tidak pernah punya masalah atau berselisih paham. Tapi bagaimana pasangan tersebut mampu segera menyelesaikannya. Rasulullah saja pernah mengalami masalah rumah tangga. Apa lagi kita manusia,” nasehatnya.
Arrijaalu qawwaamuuna ‘alannisaa’. Laki-laki itu pengayom/pelindung wanita. Bukan kepala seperti di kantor, katanya. Kewajiban seorang suami bukan hanya memberi nafkah. Tapi juga memberikan atau meringankan tugas istri. Rasulullah pun pernah menambal pakaiannya sendiri. Itu adalah salah satu contoh untuk meringankan tugas istri. Kewajiban suami tidak hanya memberi nafkah, tapi juga kasih sayang. Jangan menjadi suami yang ditakuti, tapi jadilah suami yang dihormati dan dicintai. “Sebagai istri, jadilah wanita yang taat kepada Allah, patuh kepada suami dan mampu menjaga harta suaminya.
Wanita yang baik adalah wanita yang menyenangkan suami kalau dipandang. Jadi, para istri, berhiaslah untuk suami. Karena di luar sana banyak ‘barang’ bagus. Sehingga para suami tidak lagi melirik yang lain,” kata tokoh muhammadiyah ini disambut gelak tawa hadirin. Terakhir, berlomba-lombalah untuk melakukan kebaikan. Jangan ada lagi sekat-sekat atau bagian pekerjaan suami atau istri. Semua pekerjaan rumah tangga boleh dikerjakan bersama-sama.
Pasanganmu adalah pakaian bagimu. Pakaian itu untuk menutup aurat atau aib. Juga untuk memperindah. Artinya suami istri itu hendaknya saling menutupi aib pasangannya. Istri tidak menceritakan aib suaminya. Sebaliknya suami tidak menceritakan aib istrinya kepada orang lain. “Pesan saya, bertanyalah kepada orang yang mengetahui jika ada yang belum dipahami. Usahakan bisa shalat malam.
Mudah-mudahan Allah menuntun ananda berdua dan kita semua,” pesannya kepada kedua mempelai. Acara akad nikah di Jalan Lombok nomor 21 Pontianak itu dipimpin langsung penghulu fungsional KUA Pontianak Selatan-Tenggara, Hariadi, SHI. Pembacaan doa dipimpin Ustaz Alfian Ba’bud. Dihadiri sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat Kalbar. Serta sejumlah undangan.*(Sumiati/Ptk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar