Minggu, 13 Juli 2014

ARTIKEL: BERHARAP PEMIMPIN TERBAIK

Jumat, 11 Juli 2014 – www.kalbar.kemenag.go.id


Bulan Ramadhan tahun ini terasa berbeda dari biasa. Karena bertepatan dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014. Selain diwajibkan berpuasa, bagi yang memiliki hak suara juga wajib datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Tujuannya tentu saja untuk memilih Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang akan memimpin negeri ini lima tahun ke depan. 

Tanggal 9 Juli sudah berlalu. Sekarang tinggal menunggu hasilnya. Siapa gerangan di antara dua pasang Capres dan Cawapres yang akan menjadi RI-1dan RI-2. Pasangan Prabowo-Hatta ataukah Jokowi-Jusuf Kalla ?

Kita semua percaya bahwa kedua pasangan Capres dan Cawapres tersebut adalah putra terbaik bangsa. Hal itu tidak diragukan lagi. Buktinya mereka bisa mencalonkan diri sebagai Capres dan Cawapres. Akan tetapi, negeri ini hanya butuh satu pasang saja sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Karena apa jadinya negeri ini kalau sampai dipimpin oleh dua Presiden/Wapres. Negara ini bisa kacau dan masyarakatnya pasti galau… (hehehe…). 

Seluruh tim sukses dan pendukung kedua kubu Capres Cawapres saat ini harap-harap cemas. Tidak terkecuali seluruh masyarakat Indonesia. Menanti siapa yang akan menjadi pemimpin negeri ini. Beberapa hasil quick count (perhitungan cepat) dari berbagai lembaga survey masing-masing unjuk gigi. Mereka berlomba-lomba menyampaikan laporan jumlah suara yang diperoleh kedua capres dan cawapres. Ditambah lagi, kedua kubu masing-masing mengklaim bahwa suara merekalah yang terbanyak. Walaupun selisihnya hanya sekian persen saja. Tak ayal situasi tersebut membuat masyarakat bingung. Hal tersebut juga membuat situasi politik di negeri kita sekarang ini sedikit menghangat. 

Hampir setiap lima menit Handphone suami berbunyi. Maklum saja, karena beliau salah satu pengamat politik Kalbar. Kalau tidak ada telepon masuk, ya SMS atau BBM yang isinya menanyakan bagaimana hasil pemilihan presiden yang baru saja berlalu. Persoalannya mereka bingung. Pasangan mana sebenarnya yang menang. Bahkan RRI Pontianak pun ikut meminta komentar dan prediksi yang akan terjadi seputar situasi politik yang sedang menghangat saat ini. 

Gonjang ganjing tersebut membuat saya ikut merasakan dan berpikir tentang situasi politik saat ini. Suhu politik negeri ini seperti magnet dan benar-benar sedang menjadi pusat perhatian banyak pihak. Bahkan dunia. Awalnya saya tidak ingin repot untuk ikut memikirkan persoalan tersebut. Walaupun berkali-kali ada keinginan dan dorongan dari dalam diri untuk menuliskan cerita negeri ini. Tapi akhirnya, naluri sebagai penulis membuat saya memutuskan untuk memainkan jemari ini, menuliskan semua yang ada di pikiran saya. Tentunya tentang keinginan dan harapan sebagai warga negara yang ingin hidup makmur, sejahtera, rukun dan damai. Semua itu tidak akan pernah tercapai, kalau pemimpinnya tidak baik, tidak amanah, tidak adil dan tegas serta tidak berpihak kepada rakyat. 

Kita semua tentu berharap agar presiden dan wapres terpilih adalah pemimpin yang benar-benar sesuai harapan bersama. Pemimpin terbaik yang mampu membawa negeri ini dan seluruh masyarakatnya menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Siapa pun dia, nomor urut 1 atau 2, harus siap menerimanya sebagai pemimpin kita. Karena itu pasti sudah menjadi rahasia Allah sang maha pencipta. 

Sebagai manusia, terkadang lupa bahkan kecewa jika yang diinginkan dan diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Sebenarnya Allah lebih mengetahui dari apa yang diketahui manusia. Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan, tapi bukan yang diinginkan. Karena kalau apa yang kita butuhkan tidak akan pernah salah dan sia-sia. Tetapi kalau apa yang kita inginkan, bisa saja justru akan menjadi bumerang bagi diri sendiri. 

Membaca, mendengar dan menyaksikan apa yang terjadi di berbagai media massa, membuat saya merasa prihatin. Karena banyak pihak yang tidak sabar untuk mengetahui persoalan yang sebenarnya membutuhkan waktu untuk diputuskan. Tidak dimungkiri, saat ini perkembangan teknologi memang mengajak manusia berpikir cepat. Diharapkan menghasilkan hasil yang valid dan akurat. Akan tetapi, teknologi itu dibawah kendali manusia. Pasti ada saja kekurangannya. Seperti halnya perhitungan suara Pilpres. Berbagai lembaga survei dengan quick count-nya menyampaikan informasi seputar hasil final perhitungan suara. Bahkan, ada yang sudah memastikan pemenang Pilpres adalah capres A. Sebaliknya, ada lembaga survei lain memenangkan capres B. Muncul hasil berbeda dari lembaga survei membuat opini publik terbelah. Ada yang percaya dengan hasil quick count. Namun, justru banyak meragukannya. 

Keberadaan lembaga survei tersebut tidak bisa kita persalahkan. Mereka merupakan bagian dari kemajuan teknologi saat ini. Akan tetapi, sebagai manusia kitalah yang harus berpikir waras dan cerdas di saat ada ketidakberesan dari hasil yang disampaikan. Seperti yang sedang terjadi saat ini. Lembaga survey seperti ada kubu-kubuan. Kubu itu mengklaim bahwa pasangan Capres dan Cawapres merekalah yang menang. Ditambah lagi masing-masing kubu sudah menyampaikan pidato kemenangannya (Masya Allah…).

Di tengah perbedaan hasil hitung cepat tersebut, dikhawatirkan akan menimbulkan potensi konflik. Presiden SBY telah memanggil Probowo-Hatta dan Jokowi-JK. Kedua kandidat tersebut diminta menahan diri. Tujuannya agar tidak menimbulkan gesekan di tingkat grassroot (akar rumput). KPU juga merespons. Lalu, mengeluarkan maklumat, pemenang Pilpres hanya ditentukan oleh hitung manual di KPU. Hasil quick count bukan penentu kemenangan. Quick count sifatnya data pembanding. Untuk itu, semua pihak diminta bersabar menunggu perhitungan terakhir 22 Juli 2014. 

Pihak keamanan juga merespons. Dari Panglima TNI sampai Kapolri menyatakan Siaga I. Itu artinya seluruh kekuatan keamanan dikerahkan. Tujuannya agar tidak ada konflik terjadi. Lembaga keagamaan juga tidak mau ketinggalan. Ormas NU dan Muhammadiyah sama-sama mengeluarkan imbauan. Dua organisasi Islam itu meminta seluruh umat untuk bersabar. Jangan melakukan hal-hal yang merusak nilai-nilai agama dan negara. Apalagi saat ini sedang puasa, kendalikan diri agar tidak muncul emosi yang tidak rasional. Serahkan semua pada perhitungan KPU

Sejauh ini syukur alhamdulillah, Indonesia aman. Kalbar juga aman. Mudah mudahan sampai pengumuman KPU 22 Juli nanti, negeri kita ini akan tetap aman. Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dunia, Indonesia menjadi sorotan dunia. Banyak yang mengamati proses demokrasi negara berpenduduk 240 juta ini. Tak sedikit negara lain belajar demokrasi dengan Indonesia. Sejauh ini, kita sangat bangga. Tidak ada setetes darahpun mengalir. Di sini membuktikan kedewasaan rakyat Indonesia dalam berdemokrasi. 

Tinggal selangkah lagi bagi negeri ini menentukan pemimpinnya, yakni perhitungan KPU. Mudah-mudahan pada puncak klimaknya itu, tidak ada konflik, keributan, maupun kerusuhan. Menang pantas diucapkan selamat. Kalah harus legowo. Menang jangan busungkan dada. Kalah jangan kecewa. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. 

 Sesungguhnya saat ini hanya Allah yang maha mengetahui siapa pemimpin negeri ini lima tahun ke depan. Seperti diketahui, selisih suara yang disampaikan berbagai lembaga survey tersebut sangat tipis. Sehingga sulit untuk diprediksi siapa yang akan menang. Lebih baik kita semua belajar untuk bersabar dan menunggu hasil pengumuman dari lembaga yang sah dan resmi. 

Akhirnya, bertepatan dengan momentum Ramadhan 1435 H, saya ingin mengajak kepada semua untuk berdo’a dan memohon kepada Allah SWT Tuhan YME, agar pemimpin terpilih nanti adalah pemimpin terbaik yang dibutuhkan negeri kita tercinta. Pemimpin terbaik yang dibutuhkan seluruh masyarakat Indonesia. Semoga apa yang menjadi harapan kita semua akan terwujud di bulan yang mulia, penuh rahmat dan barokah ini. Amien.*(Sumi/Ptk: Penulis adalah Pelaksana Seksi PAI Kemenag Kota Pontianak).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar