Jumat, 11 Juli 2014 – www.kalbar.kemenag.go.id
Bulan Ramadhan tahun ini
terasa berbeda dari biasa. Karena bertepatan dengan Pemilihan Presiden
(Pilpres) 9 Juli 2014. Selain diwajibkan berpuasa, bagi yang memiliki
hak suara juga wajib datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Tujuannya
tentu saja untuk memilih Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil
Presiden (Cawapres) yang akan memimpin negeri ini lima tahun ke depan.
Tanggal 9 Juli sudah berlalu. Sekarang tinggal menunggu hasilnya. Siapa
gerangan di antara dua pasang Capres dan Cawapres yang akan menjadi
RI-1dan RI-2. Pasangan Prabowo-Hatta ataukah Jokowi-Jusuf Kalla ?
Kita
semua percaya bahwa kedua pasangan Capres dan Cawapres tersebut adalah
putra terbaik bangsa. Hal itu tidak diragukan lagi. Buktinya mereka bisa
mencalonkan diri sebagai Capres dan Cawapres. Akan tetapi, negeri ini
hanya butuh satu pasang saja sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Karena
apa jadinya negeri ini kalau sampai dipimpin oleh dua Presiden/Wapres. Negara
ini bisa kacau dan masyarakatnya pasti galau… (hehehe…).
Seluruh tim
sukses dan pendukung kedua kubu Capres Cawapres saat ini harap-harap
cemas. Tidak terkecuali seluruh masyarakat Indonesia. Menanti siapa yang
akan menjadi pemimpin negeri ini. Beberapa
hasil quick count (perhitungan cepat) dari berbagai lembaga survey
masing-masing unjuk gigi. Mereka berlomba-lomba menyampaikan laporan
jumlah suara yang diperoleh kedua capres dan cawapres. Ditambah lagi,
kedua kubu masing-masing mengklaim bahwa suara merekalah yang terbanyak.
Walaupun selisihnya hanya sekian persen saja. Tak ayal situasi tersebut
membuat masyarakat bingung. Hal
tersebut juga membuat situasi politik di negeri kita sekarang ini
sedikit menghangat.
Hampir setiap lima menit Handphone suami berbunyi.
Maklum saja, karena beliau salah satu pengamat politik Kalbar. Kalau
tidak ada telepon masuk, ya SMS atau BBM
yang isinya menanyakan bagaimana hasil pemilihan presiden yang baru
saja berlalu. Persoalannya mereka bingung. Pasangan mana sebenarnya yang
menang. Bahkan RRI
Pontianak pun ikut meminta komentar dan prediksi yang akan terjadi
seputar situasi politik yang sedang menghangat saat ini.
Gonjang ganjing
tersebut membuat saya ikut merasakan dan berpikir tentang situasi
politik saat ini. Suhu politik negeri ini seperti magnet dan benar-benar
sedang menjadi pusat perhatian banyak pihak. Bahkan dunia. Awalnya
saya tidak ingin repot untuk ikut memikirkan persoalan tersebut.
Walaupun berkali-kali ada keinginan dan dorongan dari dalam diri untuk
menuliskan cerita negeri ini. Tapi akhirnya, naluri sebagai penulis
membuat saya memutuskan untuk memainkan jemari ini, menuliskan semua
yang ada di pikiran saya. Tentunya tentang keinginan dan harapan sebagai
warga negara yang ingin hidup makmur, sejahtera, rukun dan damai. Semua
itu tidak akan pernah tercapai, kalau pemimpinnya tidak baik, tidak
amanah, tidak adil dan tegas serta tidak berpihak kepada rakyat.
Kita
semua tentu berharap agar presiden dan wapres terpilih adalah pemimpin
yang benar-benar sesuai harapan bersama. Pemimpin terbaik yang mampu
membawa negeri ini dan seluruh masyarakatnya menjadi jauh lebih baik
dari sebelumnya. Siapa pun dia, nomor
urut 1 atau 2, harus siap menerimanya sebagai pemimpin kita. Karena itu
pasti sudah menjadi rahasia Allah sang maha pencipta.
Sebagai manusia,
terkadang lupa bahkan kecewa jika yang diinginkan dan diharapkan tidak
sesuai dengan kenyataan. Sebenarnya
Allah lebih mengetahui dari apa yang diketahui manusia. Allah selalu
memberikan apa yang kita butuhkan, tapi bukan yang diinginkan. Karena
kalau apa yang kita butuhkan tidak akan pernah salah dan sia-sia. Tetapi
kalau apa yang kita inginkan, bisa saja justru akan menjadi bumerang
bagi diri sendiri.
Membaca, mendengar dan menyaksikan apa yang terjadi
di berbagai media massa, membuat saya merasa prihatin. Karena banyak
pihak yang tidak sabar untuk mengetahui persoalan yang sebenarnya
membutuhkan waktu untuk diputuskan. Tidak
dimungkiri, saat ini perkembangan teknologi memang mengajak manusia
berpikir cepat. Diharapkan menghasilkan hasil yang valid dan akurat.
Akan tetapi, teknologi itu dibawah kendali manusia. Pasti ada saja
kekurangannya. Seperti halnya perhitungan suara Pilpres. Berbagai
lembaga survei dengan quick count-nya menyampaikan informasi seputar
hasil final perhitungan suara. Bahkan,
ada yang sudah memastikan pemenang Pilpres adalah capres A. Sebaliknya,
ada lembaga survei lain memenangkan capres B. Muncul hasil berbeda dari
lembaga survei membuat opini publik terbelah. Ada yang percaya dengan
hasil quick count. Namun, justru banyak meragukannya.
Keberadaan lembaga
survei tersebut tidak bisa kita persalahkan. Mereka merupakan bagian
dari kemajuan teknologi saat ini. Akan
tetapi, sebagai manusia kitalah yang harus berpikir waras dan cerdas di
saat ada ketidakberesan dari hasil yang disampaikan. Seperti yang
sedang terjadi saat ini. Lembaga survey seperti ada kubu-kubuan. Kubu
itu mengklaim bahwa pasangan Capres dan Cawapres merekalah yang menang.
Ditambah lagi masing-masing kubu sudah menyampaikan pidato kemenangannya
(Masya Allah…).
Di tengah perbedaan hasil hitung cepat tersebut, dikhawatirkan akan menimbulkan potensi konflik. Presiden SBY
telah memanggil Probowo-Hatta dan Jokowi-JK. Kedua kandidat tersebut
diminta menahan diri. Tujuannya agar tidak menimbulkan gesekan di
tingkat grassroot (akar rumput). KPU juga merespons. Lalu, mengeluarkan maklumat, pemenang Pilpres hanya ditentukan oleh hitung manual di KPU. Hasil
quick count bukan penentu kemenangan. Quick count sifatnya data
pembanding. Untuk itu, semua pihak diminta bersabar menunggu perhitungan
terakhir 22 Juli 2014.
Pihak keamanan juga merespons. Dari Panglima TNI
sampai Kapolri menyatakan Siaga I. Itu artinya seluruh kekuatan
keamanan dikerahkan. Tujuannya agar tidak ada konflik terjadi. Lembaga
keagamaan juga tidak mau ketinggalan. Ormas
NU dan Muhammadiyah sama-sama mengeluarkan imbauan. Dua organisasi
Islam itu meminta seluruh umat untuk bersabar. Jangan melakukan hal-hal
yang merusak nilai-nilai agama dan negara. Apalagi saat ini sedang
puasa, kendalikan diri agar tidak muncul emosi yang tidak rasional.
Serahkan semua pada perhitungan KPU.
Sejauh ini syukur alhamdulillah, Indonesia aman. Kalbar juga aman. Mudah mudahan sampai pengumuman KPU 22 Juli nanti, negeri kita ini akan tetap aman. Sebagai negara
demokrasi terbesar ketiga dunia, Indonesia menjadi sorotan dunia. Banyak
yang mengamati proses demokrasi negara berpenduduk 240 juta ini. Tak
sedikit negara lain belajar demokrasi dengan Indonesia. Sejauh ini, kita
sangat bangga. Tidak ada setetes darahpun mengalir. Di
sini membuktikan kedewasaan rakyat Indonesia dalam berdemokrasi.
Tinggal selangkah lagi bagi negeri ini menentukan pemimpinnya, yakni
perhitungan KPU. Mudah-mudahan pada puncak klimaknya itu, tidak ada konflik, keributan, maupun kerusuhan. Menang
pantas diucapkan selamat. Kalah harus legowo. Menang jangan busungkan
dada. Kalah jangan kecewa. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
Sesungguhnya saat ini hanya Allah yang maha mengetahui siapa pemimpin
negeri ini lima tahun ke depan. Seperti diketahui, selisih suara yang
disampaikan berbagai lembaga survey tersebut sangat tipis. Sehingga
sulit untuk diprediksi siapa yang akan menang. Lebih baik kita semua
belajar untuk bersabar dan menunggu hasil pengumuman dari lembaga yang
sah dan resmi.
Akhirnya, bertepatan dengan momentum Ramadhan 1435 H,
saya ingin mengajak kepada semua untuk berdo’a dan memohon kepada Allah SWT Tuhan YME, agar pemimpin terpilih nanti adalah pemimpin terbaik yang dibutuhkan negeri kita tercinta. Pemimpin
terbaik yang dibutuhkan seluruh masyarakat Indonesia. Semoga apa yang
menjadi harapan kita semua akan terwujud di bulan yang mulia, penuh
rahmat dan barokah ini. Amien.*(Sumi/Ptk: Penulis adalah Pelaksana Seksi
PAI Kemenag Kota Pontianak).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar