Hidup ini seharusnya selalu
berada di antara dua hal. Yakni bersabar dan bersyukur. Bersabar dalam
ujian dan bersyukur dalam kenikmatan. Artinya, bersabarlah kita saat
ditimpa kesusahan, dan bersyukurlah selalu saat kita diberi kenikmatan.
Dua Kata ini bila diiringi dengan ketekunan dan kerja keras, Insya Allah
akan membuat hidup kita menjadi indah (sukses). Karena Allah tidak akan
mungkin membiarkan hamba-hamba-Nya yang selalu bersabar dan bersyukur
serta selalu tetap berusaha. Insya Allah…
Saya
jadi teringat dengan curhat seorang sahabat yang saat ini mungkin
hidupnya sedang diuji Allah. Sebut saja Ahmad (bukan nama sebenarnya).
Beberapa hari yang lalu dia datang bersama istrinya ke rumah kami,
menceritakan musibah yang dialaminya. Usahanya nyaris bangkrut. Hingga
keadaan ekonomi keluarganya pun ikut prihatin. Ahmad yang dulunya
menjadi tulang punggung keluarga, kini tidak bisa berbuat banyak.
Untunglah istrinya juga memiliki usaha. Walaupun hanya kecil-kecilan.
Tapi cukuplah untuk membantu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya
sehari-hari.
Meskipun tidak bisa lagi
membeli apa saja yang diinginkan seperti waktu usahanya masih jaya.
Sebenarnya, dulu Ahmad hidup serba kekurangan. Dia berasal dari keluarga
yang biasa-biasa saja. Berkat usaha dan kerja kerasnya, akhirnya dia
diberi keluasan rezeki oleh Allah hingga dia menjadi seorang yang boleh
dibilang berada. Anak dan istrinya hidup serba berkecukupan. Bahkan di
keluarga besarnya, Ahmad menjadi satu-satunya yang berhasil dan
membanggakan seluruh keluarganya.
Selain berada, Ahmad termasuk tipe
orang yang suka membantu/menolong orang lain. Setiap
ada masalah keuangan di keluarga besarnya, dia menjadi orang pertama
yang dimintai bantuan keluarganya. Bahkan teman-teman kuliahnya pun
terkadang datang kepadanya untuk meminjam uang. Meskipun terkadang ada
yang lupa membayar/mengembalikan uang pinjamannya.
Kini usahanya nyaris
bangkrut. Dia gelisah dan bingung, bagaimana harus menceritakan kepada
keluarga besarnya kalau usahanya saat ini sedang bermasalah. Mau pinjam
uang kepada keluarganya, itu tidak mungkin. Karena selama ini, dialah
yang selalu meminjamkan uang kepada mereka semua.
Untunglah
di saat usaha Ahmad sedang terpuruk, istrinya selalu menyemangatinya.
Selalu menghiburnya untuk selalu bersabar dan tetap optimis berusaha.
“Karena dulupun kita juga pernah hidup susah. Kalaupun sekarang kembali
susah, rasanya tidak terlalu sulit untuk menyesuaikan diri,” hibur
istrinya kepada Ahmad.
Sebagai sahabat, saya terenyuh mendengar
ceritanya. Saya sangat paham apa yang dirasakan Ahmad saat ini. Memang
tidak mudah untuk menjalani hari-hari ke depan yang mungkin akan lebih
menyulitkan. Sebagai seorang istri,
saya pun bisa merasakan apa yang dirasakan istri Ahmad. Mungkin dia bisa
berkata dengan tegar untuk menghibur suaminya. Tapi saya yakin,
sesungguhnya diapun gundah menghadapi masalah keuangan keluarganya.
Bagaimanapun perasaan mereka saat ini, sebagai sahabat saya hanya
menyarankan untuk selalu bersabar dan bersyukur kepada Allah atas nikmat
yang masih diberikan Allah kepadanya saat ini. Karena nikmat itu tidak
hanya berupa uang dan harta benda. Tapi juga nikmat kehidupan dan
kesehatan yang diberikan Allah kepada kita. Serta udara yang kita hirup
secara gratis, dan semua anggota tubuh yang kita miliki secara lengkap.
Itu semua merupakan nikmat yang semestinya harus selalu kita syukuri.
Rasulullah
bersabda, “Aku bangga dengan seorang muslim, jika menimpa kepadanya
suatu musibah ia ikhlas dan bersabar. Jika mendapatkan kebaikan, ia
memuji Allah dan bersyukur. Sesungguhnya muslim itu pada segala
aktivitasnya selalu akan mendapatkan pahala dari Allah sekalipun pada
sesuap nasi yang ia masukkan ke dalam mulutnya.” (HR Imam Baihaqi dari
Sa’ad).
Sabar secara etimologi berarti menahan dan mengekang. Secara
terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak
disukai karena mengharap ridha Allah. Dalam
Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan sabar adalah
menahan diri dari suatu penderitaan, baik dalam sesuatu yang tidak
diingini maupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi. Imam
Al-ghazali mengatakan bahwa sabar adalah suatu kondisi mental dalam
mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas dorongan ajaran Islam. Barang
siapa yang dapat menundukkan dorongan hawa nafsu secara terus menerus
maka orang tersebut termasuk golongan orang yang sabar.
Sementara
kata “syukur” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia antara lain diartikan
sebagai rasa terima kasih kepada Allah. Sedangkan menurut Ar-Raghib
Al-Isfahani salah seorang yang dikenal sebagai pakar bahasa Al-Quran
menulis dalam Al-Mufradat fi Gharib Al-Quran, mengandung arti “gambaran
dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan.” Kata ini
menurut sementara ulama berasal dari kata “syakara” yang berarti
“membuka”, sehingga ia merupakan lawan dari kata “kafara” (kufur) yang
berarti menutup (salah satu artinya adalah) melupakan nikmat dan
menutup-nutupinya.
Bersyukur dengan
mengucapkan Alhamdulillah, hendaknya selalu membasahi lisan kita setiap
hari. Bersyukur atas semua nikmat yang kita raih setiap waktu. Karena
sebagai manusia sudah sepantasnya kita harus selalu bersyukur dengan apa
pun yang kita miliki hari ini. Seperti janji Allah di dalam surah
Ibrahim ayat 7, yang artinya, sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti
akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu ingkar (kufur), maka
sesungguhnya siksa-Ku amat pedih. Na’uzubillah summa na’uzubillah.
Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang selalu bersyukur.
Bersabar dan bersyukur dalam keadaan senang mungkin akan lebih mudah.
Tapi bagaimana kita bisa bersabar dan bersyukur dalam keadaan kesusahan
dan kesulitan ekonomi?
Memang tidak
mudah untuk bersabar dan bersyukur di kala manusia diuji Allah dengan
kesusahan hidup. Tapi percayalah, Allah lebih mengetahui siapa
hamba-hambanya yang pantas mendapat ujian untuk meningkatkan derajat
kemanusiaannya di sisi Allah. Siapa pun yang lulus dan mampu melewati
ujian tersebut, maka Insya Allah dia akan menjadi manusia pilihan Allah
yang layak untuk mendapat tiket ke syurganya Allah SWT.
Terlepas dari cerita keluarga Ahmad, terkadang manusia suka lupa untuk
bersyukur kepada Allah di kala senang. Di saat diberikan Allah rezeki
berlimpah, mereka selalu lupa untuk berbagi kepada sesama. Berpoya-poya
dengan rezki yang dititipkan Allah. Tanpa peduli kepada teman, keluarga
dan tetangga yang hidupnya serba susah dan kekurangan.
Setelah diuji
Allah dengan kesulitan hidup, barulah mereka sadar bahwa betapa tidak
enaknya menjadi orang susah. Barulah mereka tahu bahwa sesungguhnya
harta yang dimilikinya hanyalah titipan Allah yang tidak akan kekal
selamanya. Penyesalan memang terkadang datangnya belakangan. Tapi
yakinlah, selalu ada jalan dan kesempatan untuk siapa saja yang dengan
tulus mau berubah, sebelum ajal datang menjemput.
Ketahuilah wahai
saudaraku, hidup ini bagai roda yang selalu berputar. Terkadang di atas,
terkadang di bawah. Ibarat kehidupan, terkadang senang terkadang susah.
Sekali waktu kita dititipi uang dan harta berlimpah, tetapi di lain
waktu bisa saja harta dan uang yang kita miliki akan sirnah. Tidak perlu
kita risau dan galau. Itu semua sudah menjadi hukum alam. Yang penting
bagaimana kita menyikapinya. Selalu berbaik sangkalah kepada Allah.
Karena Allah itu maha baik.
Sekali
lagi saya katakan, bersabarlah selalu di saat kita ditimpa kesusahan,
dan bersyukurlah selalu saat kita diberi kenikmatan. Ingatlah, jika kita
diuji dengan kesusahan, maka jangan pernah kita lari dari mengingat
Allah. Tetap dekatkan diri kepada Allah. Berdo’a dan memintalah
kepada-Nya sembari tetap berusaha. Insya Allah segala kesulitan itu akan
segera berlalu. Hanya tinggal menunggu kapan waktu yang tepat. Percayalah,
Allah pasti lebih mengetahui kapan waktu itu tiba.
Jika kita mampu
mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap apa pun yang menimpa kita
hari ini, Insya Allah kita akan menjadi manusia yang lebih bijak dan
selalu bersabar dan bersyukur dalam setiap keadaan. Hingga pada akhirnya
semuanya akan indah pada waktunya.
Rasa syukur bisa kita wujudkan
dengan beberapa cara. Antara lain bersyukur dengan hati dan perasaan,
yakni merasa puas dengan apa yang kita miliki. Selanjutnya bersyukur
dengan lisan, yakni dengan mengakui anugerah dan memuji pemberian Allah
kepada kita, dengan tidak lupa mengucapkan Alhamdulillah untuk setiap
kebaikan yang kita terima. Kemudian bersyukur dengan perbuatan dan
bersyukur dengan harta benda yang kita miliki, yakni dengan tidak lupa
memanfaatkan anugerah rezeki yang kita peroleh tersebut untuk bebagi
kepada sesama yang membutuhkan pertolongan.
Akhirya, mari kita saling
mengingatkan untuk tetap bersabar dalam segala kesulitan yang kita
hadapi, dan selalu bersyukur atas setiap hal yang dihadirkan dalam hidup
kita. Semoga tulisan ini bisa menjadi renungan untuk kita semua. Dan
semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang selalu bersabar dan
bersyukur kepada Allah di setiap waktu dan kesempatan.
Amien…*
*Penulis adalah Pelaksana Seksi Pendidikan Agama
Islam Kantor Kemenag Kota Pontianak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar