Kamis, 25 Juni 2015

Artikel: Ikhlas Itu Tidak Hanya Ucapan

Jumat, 26 Juni 2015, 08:38 – Artikel Artikel--http://kalbar.kemenag.go.id
Ikhlas Itu Tidak Hanya Ucapan

 
 
Ikhlas adalah ketika kita menjadikan niat dalam melakukan sesuatu perbuatan/amalan hanya karena Allah semata, dan bukan karena yang lainnya. Bukan karena ingin dipuji orang lain, dan bukan pula karena mengharapkan sesuatu kebaikan dari apa yang telah kita lakukan.

Ikhlas itu kata yang sangat familiar dan sering kita dengar. Namun sulit untuk diukur. Banyak orang sering mengucapkannya dengan mudah, tapi terkadang ikhlasnya dengan syarat. Contohnya, “Saya ikhlas sih melakukannya. Tapi, kesal aja. Masa’ saya yang harus menyelesaikan semuanya sendirian,” kata seorang teman.

Pada kesempatan lain, seorang ibu mungkin tanpa sengaja berkata kepada saya dan teman lainnya, “Saya kesal banget, soalnya di rumah ada satu keluarga yang datang bertamu sudah satu minggu. Sampai sekarang belum pulang-pulang. Mana tidak pernah membantu pekerjaan rumah sedikitpun. Sehingga saya yang harus mengerjakan semuanya sendirian. Dari mengepel, mencuci, menyiapkan makanan dan lainnya. Pada hal kalau menurut agama, bertamu itu kan hanya tiga hari. Sebenarnya saya ikhlas melayani mereka, tapi saya kesal aja masa’ bertamunya lama banget…,” kata ibu tersebut menyampaikan kekesalannya.

Mendengar ucapan tersebut, saya berusaha berbaik sangka saja. Saya pun memaklumi kejengkelannya. Andaikan saya berada di posisi ibu tersebut pun, belum tentu bisa ikhlas menerima keadaan serupa. Ya ampuun…, pasti kesal banget menghadapi tamu seperti itu (hehehe…) 

Tapi, kita harus paham bahwa keikhlasan itu tidak hanya terucap di bibir saja. Tidak hanya sekadar berkata saya ikhlas tanpa dibarengi dengan niat tulus karena Allah SWT. Kalaulah hati kita masih merasa gundah, kesal dan terganggu dengan apa yang dilakukan orang lain terhadap kita, rasanya Ikhlas yang diucapkan masih perlu dipertanyakan. Pasalnya ada indikasi kata ikhlas yang kita ucapkan belumlah karena Allah.

Saya pernah membaca sebuah artikel tentang nasihat bijak para ulama tentang Ikhlas, yang antara lain mengatakan: “Amalan yang dilakukan tanpa disertai ikhlas dan tanpa mengikuti tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bagaikan seorang musafir yang membawa bekal berisi pasir. Bekal tersebut hanya memberatkan, namun tidak membawa manfaat apa-apa” (Ibnul Qayyim, dalam Al Fawaid).

Untuk itu, mari luruskan niat kita untuk selalu belajar ikhlas karena Allah. Tanpa ada embel-embel atau syarat yang kita letakkan mengiringi ucapan ikhlas tersebut. Karena akan sia-sia saja kalau kita melakukan sesuatu tidak ikhlas karena Allah SWT. Apa lagi saat ini kita berada di bulan suci Ramadhan, Bulan Tarbiyah sebagai moment tepat untuk kita belajar dan melatih diri untuk terus berupaya membiasakan diri ikhlas melakukan apa pun karena Allah SWT

Terutama bagi ibu-ibu yang setiap harinya harus bekerja, juga harus menyiapkan menu sahur dan berbuka puasa untuk keluarga tercinta. Butuh keikhlasan yang luar biasa untuk menjalaninya. Ketahuilah, tanpa rasa ikhlas, semuanya akan menjadi sia-sia. Ikhlas itu memang sesuatu yang susah diukur. Simpelnya, secara kasat mata, ikhlas itu tanpa pamrih, tidak perlu diucapkan/diceritakan kepada orang lain, dan setiap kebaikan yang dilakukan pasrahkan semuanya kepada Allah.

Semoga seluruh aparatur Kemenag, dengan motto Ikhlas Beramal, mampu menerapkan rasa ikhlas itu dalam bekerja, melayani dan mengabdi untuk masyarakat.*(Sumiati/Pelaksana Seksi PAI Kemenag Kota Pontianak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar