Sabtu, 27 Desember 2014

Mengapa Masih Ada Yang Minum Miras

Minggu, 21 Desember 2014, 02:29 – www.kalbar.kemenag.go.id

ARTIKEL
Oleh : Sumiati. J, S.Sos.I., M.Si*

   
 
 
Masih segar dalam ingatan, beberapa waktu lalu tidak kurang 126 orang jadi korban minuman keras (miras) oplosan di Depok, Sumedang, dan Garut Jawa Barat. Dari 126 korban itu, menurut informasi dari berbagai media massa 28 orang dinyatakan tewas akibat minuman setan itu. Indonesia gempar. 

Bahkan sampai hari ini korban miras terus bertambah di beberapa kabupaten/kota di Indonesia. Entah sudah berapa banyak lagi. Sangat miris. Namun, korban miras bukan baru kali ini saja. Jauh sebelumnya sudah banyak korban jiwa akibat miras atau khamar. Nyawa melayang sudah tak terhingga. Anehnya, masih saja orang mau nenggak minuman yang merusak kesehatan itu. Apakah hukum positif maupun agama tidak mampu menghentikan atau mencegah orang agar tidak lagi meminum khamar atau arak (minuman yang memabukkan)? 

Miras sudah ada bukan hanya di zaman sekarang saja. Jauh sebelum Islam lahir, miras itu sudah ada.
Di masa jahiliyah, banyak masyarakat Mekah nenggak miras tanpa ada yang melarang. Ketika Islam lahir dengan diturunkannya Alquran, barulah miras itu dilarang.

Hal ini tertera dalam AlQuran Surah Al Maidah ayat 90-91. “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan solat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”.

Allah SWT secara jelas mengharamkan ummat Islam minum miras. Khamar/miras diharamkan karena bisa membuat orang mabuk, lalai, merusak kesehatan, memicu kejahatan dan sebagainya. Kalau sudah hukumnya haram, berarti perbuatan tersebut termasuk kategori dosa besar. Kalau sudah dosa besar ganjarannya adalah neraka. Neraka merupakan tempat paling ditakuti oleh orang-orang beriman bahkan siapapun. Itulah tempat setan beserta pengikutnya. Di tempat itu juga setan dan pengikutnya akan disiksa dengan siksaan sangat pedih yang tidak ada taranya. 

Gambaran tentang neraka sangat menyeramkan. Saking seramnya tak ada bahasa manusia yang bisa menggambarkannya. Seram yang dirasakan manusia di dunia, seramnya akan lebih berlipat ganda kalau di neraka. Mungkin hanya itu yang bisa digambarkan soal neraka itu. Allah telah berjanji, siapa saja yang melanggar perintah atau larangannya, tempatnya pasti di neraka. Perintah ini sangat jelas. Dari sejak kecil, setiap orang Islam pasti diajarkan bahwa yang namanya minuman keras itu hukumnya haram. Baik setetes ataupun satu gelas kalau diminum, hukumnya tetap haram.

Di balik ancaman Allah yang super seram itu, tetap saja ada orang Islam yang meminum miras. Apakah ajaran Islam tidak tertanam sejak kecil? Atau, apakah mereka tidak mengetahui kalau Allah melarang dan mengharamkan miras? Atau juga, apakah dakwah Islam yang banyak disampaikan dan disiarkan lewat masjid, sekolah, televisi, radio, surat kabar atau majalah tidak pernah mereka dapatkan?

Menurut hemat saya, melihat perkembangan zaman sekarang, di mana media dakwah sangat beragam, tidak mungkin tidak ada pesan dakwah yang tidak pernah didengar, dibaca, ditonton oleh mereka. Kecuali, mereka tinggal sendirian di dalam hutan atau di tengah gurun. Cuma, adakah manusia yang bisa hidup sendirian di hutan atau di gurun? Mustahil. 

Itulah fitrah manusia. Ada orang yang sangat mudah untuk diajak ke arah kebaikan. Orang seperti inilah yang mendapatkan hidayah dari Allah. Orang yang mendapat hidayah selalu mencari kebaikan. Puncak pencarian kebaikan adalah menjadi orang takwa. Ia pasti tahu dan paham bahwa Allah tidak melihat jabatan, pangkat, golongan, ganteng, cantik, kaya, atau miskin. Allah hanya melihat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu menjalankan perintah dan menjauhi segala larangan Allah. 

Kemudian, ada orang yang susah bahkan sulit untuk diajak pada jalan kebaikan. Walau setiap kali waktu mendengar ajakan kebaikan dan larangan untuk melakukan perbuatan jahat, tetap saja dilakukannya. Inilah yang dinamakan orang yang punya telinga tapi tidak mendengar. Punya mata tapi tidak melihat. Punya hati tapi tidak punya perasaan. Punya otak tapi tidak punya pikiran. Inilah yang dikatakan Allah orang yang selalu merugi. Orang-orang yang tidak mendapatkan hidayah. 

Saya berharap, kita termasuk orang-orang yang selalu mendapat hidayah, dijauhkan dari segala perbuatan-perbuatan maksiat. Dijauhkan dari segala perbuatan haram. 

Saya hanya bisa berdoa, “Ya Allah berikanlah selalu hidayah kepada kami, keluarga dan keturunan kami semua, agar terhindar dari perbuatan haram”. Aamien…*(Sumiati/Pelaksana Seksi Pendidikan Agama Islam Kantor Kemenag Kota Pontianak).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar