Minggu, 21 Desember 2014, 02:29 – www.kalbar.kemenag.go.id
ARTIKEL
Oleh : Sumiati. J, S.Sos.I., M.Si*
Masih segar dalam ingatan,
beberapa waktu lalu tidak kurang 126 orang jadi korban minuman keras
(miras) oplosan di Depok, Sumedang, dan Garut Jawa Barat. Dari
126 korban itu, menurut informasi dari berbagai media massa 28 orang
dinyatakan tewas akibat minuman setan itu. Indonesia gempar.
Bahkan
sampai hari ini korban miras terus bertambah di beberapa kabupaten/kota
di Indonesia. Entah sudah berapa banyak lagi. Sangat
miris. Namun, korban miras bukan baru kali ini saja. Jauh sebelumnya
sudah banyak korban jiwa akibat miras atau khamar. Nyawa melayang sudah
tak terhingga. Anehnya, masih saja orang mau nenggak minuman yang
merusak kesehatan itu. Apakah hukum
positif maupun agama tidak mampu menghentikan atau mencegah orang agar
tidak lagi meminum khamar atau arak (minuman yang memabukkan)?
Miras
sudah ada bukan hanya di zaman sekarang saja. Jauh sebelum Islam lahir,
miras itu sudah ada.
Di masa
jahiliyah, banyak masyarakat Mekah nenggak miras tanpa ada yang
melarang. Ketika Islam lahir dengan diturunkannya Alquran, barulah miras
itu dilarang.
Hal ini tertera dalam
AlQuran Surah Al Maidah ayat 90-91. “Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji dan termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. Sesungguhnya
syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di
antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi
kamu dari mengingat Allah dan solat; maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu)”.
Allah SWT
secara jelas mengharamkan ummat Islam minum miras. Khamar/miras
diharamkan karena bisa membuat orang mabuk, lalai, merusak kesehatan,
memicu kejahatan dan sebagainya. Kalau sudah hukumnya haram, berarti
perbuatan tersebut termasuk kategori dosa besar. Kalau
sudah dosa besar ganjarannya adalah neraka. Neraka merupakan tempat
paling ditakuti oleh orang-orang beriman bahkan siapapun. Itulah tempat
setan beserta pengikutnya. Di tempat itu juga setan dan pengikutnya akan
disiksa dengan siksaan sangat pedih yang tidak ada taranya.
Gambaran
tentang neraka sangat menyeramkan. Saking
seramnya tak ada bahasa manusia yang bisa menggambarkannya. Seram yang
dirasakan manusia di dunia, seramnya akan lebih berlipat ganda kalau di
neraka. Mungkin hanya itu yang bisa digambarkan soal neraka itu. Allah
telah berjanji, siapa saja yang melanggar perintah atau larangannya,
tempatnya pasti di neraka. Perintah ini sangat jelas. Dari sejak kecil,
setiap orang Islam pasti diajarkan bahwa yang namanya minuman keras itu
hukumnya haram. Baik setetes ataupun satu gelas kalau diminum, hukumnya
tetap haram.
Di balik ancaman Allah
yang super seram itu, tetap saja ada orang Islam yang meminum miras.
Apakah ajaran Islam tidak tertanam sejak kecil? Atau, apakah mereka
tidak mengetahui kalau Allah melarang dan mengharamkan miras? Atau juga,
apakah dakwah Islam yang banyak disampaikan dan disiarkan lewat masjid,
sekolah, televisi, radio, surat kabar atau majalah tidak pernah mereka
dapatkan?
Menurut hemat saya, melihat
perkembangan zaman sekarang, di mana media dakwah sangat beragam, tidak
mungkin tidak ada pesan dakwah yang tidak pernah didengar, dibaca,
ditonton oleh mereka. Kecuali, mereka tinggal sendirian di dalam hutan
atau di tengah gurun. Cuma, adakah manusia yang bisa hidup sendirian di
hutan atau di gurun? Mustahil.
Itulah fitrah manusia. Ada
orang yang sangat mudah untuk diajak ke arah kebaikan. Orang seperti
inilah yang mendapatkan hidayah dari Allah. Orang yang mendapat hidayah
selalu mencari kebaikan. Puncak pencarian kebaikan adalah menjadi orang
takwa. Ia pasti tahu dan paham bahwa Allah tidak melihat jabatan,
pangkat, golongan, ganteng, cantik, kaya, atau miskin. Allah hanya
melihat takwa. Orang yang bertakwa
adalah orang yang selalu menjalankan perintah dan menjauhi segala
larangan Allah.
Kemudian, ada orang yang susah bahkan sulit untuk diajak
pada jalan kebaikan. Walau setiap kali waktu mendengar ajakan kebaikan
dan larangan untuk melakukan perbuatan jahat, tetap saja dilakukannya.
Inilah yang dinamakan orang yang punya telinga tapi tidak mendengar. Punya
mata tapi tidak melihat. Punya hati tapi tidak punya perasaan. Punya
otak tapi tidak punya pikiran. Inilah yang dikatakan Allah orang yang
selalu merugi. Orang-orang yang tidak mendapatkan hidayah.
Saya
berharap, kita termasuk orang-orang yang selalu mendapat hidayah,
dijauhkan dari segala perbuatan-perbuatan maksiat. Dijauhkan dari segala
perbuatan haram.
Saya hanya bisa
berdoa, “Ya Allah berikanlah selalu hidayah kepada kami, keluarga dan
keturunan kami semua, agar terhindar dari perbuatan haram”.
Aamien…*(Sumiati/Pelaksana Seksi Pendidikan Agama Islam Kantor Kemenag
Kota Pontianak).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar