Senin, 10 November 2014, 08:15 - www.kalbar.kemenag.go.id
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. [Q.S.Al-Hasyr (59):18]
Ayat
di atas adalah ayat yang isinya perintah agar kita mau melakukan
‘introspeksi diri’, muhasabah alias menghisab diri. Muhasabah berasal
dari kata hasibah yang artinya menghisab atau menghitung. Dalam
penggunaan katanya, muhasabah diidentikkan dengan menilai diri sendiri
atau mengevaluasi, atau introspeksi diri.
Dengan
kata lain, muhasabah diri sama dengan menghitung-hitung/menghisab diri
apa yang telah kita lakukan selama hidup. Misalnya apa yang telah kita
perbuat sepanjang tahun atau sepanjang hari ini. Muhasabah diri sangat
penting dan wajib dilakukan. Karena tanpanya kita bisa terlena dan lupa
akan hakikat hidup yang sebenarnya. Yang terpenting adalah agar kita
menjadi manusia dan pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Tapi
yang perlu kita ingat adalah agar bisa melakukan muhasabah diri dengan
jujur. Karena kalau evaluasi diri dilakukan dengan tidak jujur maka akan
sia-sia saja.
Dengan sering melakukan muhasabah diri, kita akan
mengetahui berbagai kelemahan, kekurangan dan kesalahan yang telah kita
lakukan. Kemudian bersegera memohon
ampun dan bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha. Selanjutnya
bertekad untuk tidak lagi melakukan kesalahan yang sama di waktu yang
akan datang. Jangan pernah malu mengakui kalau kita memang belum banyak
melakukan hal-hal baik dan positif. Jangan pula alergi dengan saran dan
kritikan dari orang lain. Jadikan hal
tersebut sebagai cambuk dan motivasi bagi kita agar bisa menjadi
manusia yang lebih baik lagi.
Kritik dari orang yang tidak menyukai kita
sesungguhnya itulah yg perlu kita camkan. Karena mereka itu akan
mengatakan dengan jujur. Kebenaran itu memang terkadang terdengar sangat
menyakitkan. Tapi sesungguhnya kita perlu berterima kasih kepada
mereka. Karena orang yang selalu
memuji dengan tidak jujur justru akan membuat kita lupa untuk
bermuhasabah diri. Sehingga kita menjadi manusia yang selalu merasa diri
paling benar, merasa diri paling hebat sendiri, dan seterusnya. Pada
akhirnya menjadikan kita manusia yang angkuh dan sombong.
Beberapa
aspek kehidupan yang perlu dimuhasabah antara lain aspek ibadah yang
berhubungan dengan Allah (hablum minallah) dan aspek kehidupan sosial
(hablum minannas). Dari aspek ibadah kepada Allah, sudahkah ibadah kita
sesuai dengan tuntunan dan ajaran agama (sesuai dengan ketentuan AlQuran
dan Sunnah Rasulnya). Kemudian dari
aspek kehidupan sosial dalam artian hubungan muamalah, akhlak dan adab
dengan sesama manusia, sudahkah kita melakukannya dengan benar pula?
Jangan-jangan, mulut/ucapan kita masih sering membuat orang-orang di
sekitar kita merasa sakit hati dan terzalimi. Na’uzubillah.
Lantas,
kapan waktu yang tepat untuk kita melakukan muhasabah diri? Beberapa
ulama mengatakan bahwa waktu yang lebih baik untuk bermuhasabah adalah
menjelang tidur malam. Atau paling tidak di akhir ataupun di awal tahun.
Seperti saat ini, kita sudah memasuki tahun baru Islam 1436 Hijriyah.
Saat
ini rasanya belum terlambat bagi kita semua untuk merenung dan
mengevaluasi diri apa saja yang telah kita lakukan sepanjang hari atau
sepanjang tahun yang telah kita lewati. Lebih banyak kebaikannya ataukah
sebaliknya.
Semoga kita menjadi
manusia dan pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Lebih baik kualitas
Hablumminallah-Nya juga kualitas Hablumminannasnya. Menjadikan kita
pribadi yang ikhlas, semakin rendah hati dan semakin mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Aamien.*(Sumiati/Pelaksana Seksi PAI Kemenag Kota Pontianak).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar