Selasa, 25 November 2014

MUHASABAH DIRI DENGAN JUJUR

Senin, 10 November 2014, 08:15 - www.kalbar.kemenag.go.id

 

 
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. [Q.S.Al-Hasyr (59):18]

Ayat di atas adalah ayat yang isinya perintah agar kita mau melakukan ‘introspeksi diri’, muhasabah alias menghisab diri. Muhasabah berasal dari kata hasibah yang artinya menghisab atau menghitung. Dalam penggunaan katanya, muhasabah diidentikkan dengan menilai diri sendiri atau mengevaluasi, atau introspeksi diri.

Dengan kata lain, muhasabah diri sama dengan menghitung-hitung/menghisab diri apa yang telah kita lakukan selama hidup. Misalnya apa yang telah kita perbuat sepanjang tahun atau sepanjang hari ini. Muhasabah diri sangat penting dan wajib dilakukan. Karena tanpanya kita bisa terlena dan lupa akan hakikat hidup yang sebenarnya. Yang terpenting adalah agar kita menjadi manusia dan pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Tapi yang perlu kita ingat adalah agar bisa melakukan muhasabah diri dengan jujur. Karena kalau evaluasi diri dilakukan dengan tidak jujur maka akan sia-sia saja. 

Dengan sering melakukan muhasabah diri, kita akan mengetahui berbagai kelemahan, kekurangan dan kesalahan yang telah kita lakukan. Kemudian bersegera memohon ampun dan bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha. Selanjutnya bertekad untuk tidak lagi melakukan kesalahan yang sama di waktu yang akan datang. Jangan pernah malu mengakui kalau kita memang belum banyak melakukan hal-hal baik dan positif. Jangan pula alergi dengan saran dan kritikan dari orang lain. Jadikan hal tersebut sebagai cambuk dan motivasi bagi kita agar bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. 

Kritik dari orang yang tidak menyukai kita sesungguhnya itulah yg perlu kita camkan. Karena mereka itu akan mengatakan dengan jujur. Kebenaran itu memang terkadang terdengar sangat menyakitkan. Tapi sesungguhnya kita perlu berterima kasih kepada mereka. Karena orang yang selalu memuji dengan tidak jujur justru akan membuat kita lupa untuk bermuhasabah diri. Sehingga kita menjadi manusia yang selalu merasa diri paling benar, merasa diri paling hebat sendiri, dan seterusnya. Pada akhirnya menjadikan kita manusia yang angkuh dan sombong.

Beberapa aspek kehidupan yang perlu dimuhasabah antara lain aspek ibadah yang berhubungan dengan Allah (hablum minallah) dan aspek kehidupan sosial (hablum minannas). Dari aspek ibadah kepada Allah, sudahkah ibadah kita sesuai dengan tuntunan dan ajaran agama (sesuai dengan ketentuan AlQuran dan Sunnah Rasulnya). Kemudian dari aspek kehidupan sosial dalam artian hubungan muamalah, akhlak dan adab dengan sesama manusia, sudahkah kita melakukannya dengan benar pula? Jangan-jangan, mulut/ucapan kita masih sering membuat orang-orang di sekitar kita merasa sakit hati dan terzalimi. Na’uzubillah.

Lantas, kapan waktu yang tepat untuk kita melakukan muhasabah diri? Beberapa ulama mengatakan bahwa waktu yang lebih baik untuk bermuhasabah adalah menjelang tidur malam. Atau paling tidak di akhir ataupun di awal tahun. Seperti saat ini, kita sudah memasuki tahun baru Islam 1436 Hijriyah.
Saat ini rasanya belum terlambat bagi kita semua untuk merenung dan mengevaluasi diri apa saja yang telah kita lakukan sepanjang hari atau sepanjang tahun yang telah kita lewati. Lebih banyak kebaikannya ataukah sebaliknya.

Semoga kita menjadi manusia dan pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Lebih baik kualitas Hablumminallah-Nya juga kualitas Hablumminannasnya. Menjadikan kita pribadi yang ikhlas, semakin rendah hati dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Aamien.*(Sumiati/Pelaksana Seksi PAI Kemenag Kota Pontianak).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar