Sabtu, 5 September 2015, 15:50 – http://kalbar.kemenag.go.id
Belajar Menerima Keadaan dan Mensyukuri Hidup
Musibah, ujian atau apa pun
namanya tidak seharusnya diratapi atau ditangisi. Melainkan harus
disikapi dengan bijak, bersabar serta ikhlas karena Allah SWT. Terpenting adalah bagaimana kita mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap musibah atau ujian tersebut.
Setiap
yang kita alami dalam hidup, baik itu yang menyenangkan maupun
sebaliknya, sesungguhnya memiliki makna atau hikmah tersendiri. Cuma
manusia terkadang lupa untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap
kejadian yang dialami. Banyak di
antara kita langsung meratapi dan berburuk sangka kepada sang khaliq di
saat kita diberi ujian yang tidak menyenangkan. Pada hal, mungkin Allah
sedang merencanakan hal paling indah yang kita tidak akan pernah
menduganya. Allah punya kado spesial untuk hamba-hamba pilihannya.
“Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami
telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” [QS. Al ‘Ankabut
(29):2].
Berkunjung menjenguk Kepala Seksi PAI
Kantor Kemenag Kota Pontianak, Drs. H. Ahmad Hanafi, M.Si di
kediamannya, Jalan Tabrani Achmad Komplek Mandau Permai Blok F1, Jumat
(4/9/2015), bagi penulis banyak hikmah dan pelajaran berharga yang bisa
diambil.
Sekedar mengingatkan, H.
Ahmad Hanafi sedang diuji Allah dengan musibah kecelakaan tunggal yang
dialaminya beberapa waktu lalu. Akibat kecelakaan tersebut, ia mengalami
patah tulang pada betis kaki kanan dan harus dioperasi. Sehingga beliau
tidak bisa lagi beraktivitas seperti biasanya.
Sudah
lebih dari satu bulan, Hanafi begitu ia akrab disapa, istirahat di
rumah. Beliau diminta dokter tidak memaksakan diri untuk latihan jalan
dahulu. Karena selain tulang kakinya patah, juga ada urat yang putus.
Dikhawatirkan masa pemulihan operasinya akan terganggu. Walhasil, suami
dari Isti Qoriyah, S.Ag ini hanya bisa duduk dan ngesot di dalam rumah
ditemani istri dan anak-anak tercinta.
Banyak
keluarga, teman dan sahabat yang datang menjenguk sebagai wujud empati.
Kemudian lebih banyak waktu berkumpul dengan istri dan anak-anak,
sehingga rasa kebersamaan dan saling memiliki akan lebih terasa. Apa-apa
serba dilayani. Meskipun terkesan tidak mandiri, tapi semua orang akan
bisa memaklumi. Bahkan karena beliau
belum bisa berjalan, tukang cukur rambut pun datang ke rumahnya untuk
mencukur rambut ayah empat anak ini (hehehe).
“Ada enaknya juga seperti
Pak Hanafi. Setiap saat mendapat pelayanan prima,” canda Melati Murni
salah satu Pelaksana Penyelenggara Syariah Kemenag Kota Pontianak yang
ikut datang berkunjung bersama kami.
Suasana
pun jadi riuh tertawa. Mungkin ada benarnya juga. Sungguh, hal tersebut
mungkin tidak akan terjadi kalau saja beliau dalam keadaan sehat wal
afiyat. Waktu bersama keluarga pasti tidak akan 24 jam. Keluarga, teman
dan sahabat biasanya hanya akan datang pas idul fitri dan moment-moment
tertentu saja. Dan masih banyak hal
lain yang bisa diambil hikmah dan pelajaran dari kejadian ini.
Saat kami
berkunjung, Hanafi beserta istri dan anak-anak pun tampak tegar dan
tetap ceria. Bahkan sejak awal pun, istrinya pernah berkata, bahwa
semuanya sudah kehendak Allah. Sebagai manusia harus bisa menerima dan
menjalani dengan sabar dan ikhlas.
“Jangan
menangis, karena tidak akan merubah keadaan yang sudah terjadi. Kita
harus kuat dan berdoalah kepada Allah semoga ayah segera diberi
kesembuhan,” pinta istri Hanafi kepada anak-anaknya pada saat kecelakaan
terjadi.
Sungguh ucapan yang sangat bijak menurut penulis. Bijak
menyikapi keadaan dan ikhlas menjalani hidup. Insya
Allah akan lebih mudah melewati ujian atau musibah yang sedang menimpa.
Subhanallah. Mungkin tidak akan banyak di dunia ini orang yang bisa
tegar dan ikhlas menerima kenyataan ketika diberi ujian yang tidak
menyenangkan. Akan tetapi hidup ini adalah pembelajaran. Hidup ini
proses. Maka teruslah belajar mengikuti proses hidup. Proses
itu baru akan berakhir manakala ajal datang menjemput.
Buat
teman-teman, saudara dan sahabat yang sedang mendapat ujian kesulitan
dari Allah, apa pun bentuknya, jangan pernah menyerah. Karena Allah
tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hambanya.
Yakinlah,
Allah pasti sedang menguji hamba pilihannya, untuk menaikkan derajat
manusia tersebut. Kalau kita diberi ujian kesulitan, ingat dan lihatlah
di luar sana masih ada dan masih banyak yang lebih sulit dari apa yang
kita alami. Agar kita bisa belajar menerima keadaan dan selalu
mensyukuri hidup.*(Sumiati/Pelaksana Seksi PAI Kantor Kemenag Kota Pontianak).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar