Senin, 07 Desember 2015

Belajar Menerima Keadaan dan Mensyukuri Hidup

Sabtu, 5 September 2015, 15:50 – http://kalbar.kemenag.go.id
Belajar Menerima Keadaan dan Mensyukuri Hidup


Musibah, ujian atau apa pun namanya tidak seharusnya diratapi atau ditangisi. Melainkan harus disikapi dengan bijak, bersabar serta ikhlas karena Allah SWT. Terpenting adalah bagaimana kita mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap musibah atau ujian tersebut.

Setiap yang kita alami dalam hidup, baik itu yang menyenangkan maupun sebaliknya, sesungguhnya memiliki makna atau hikmah tersendiri. Cuma manusia terkadang lupa untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap kejadian yang dialami. Banyak di antara kita langsung meratapi dan berburuk sangka kepada sang khaliq di saat kita diberi ujian yang tidak menyenangkan. Pada hal, mungkin Allah sedang merencanakan hal paling indah yang kita tidak akan pernah menduganya. Allah punya kado spesial untuk hamba-hamba pilihannya.

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” [QS. Al ‘Ankabut (29):2]. 

Berkunjung menjenguk Kepala Seksi PAI Kantor Kemenag Kota Pontianak, Drs. H. Ahmad Hanafi, M.Si di kediamannya, Jalan Tabrani Achmad Komplek Mandau Permai Blok F1, Jumat (4/9/2015), bagi penulis banyak hikmah dan pelajaran berharga yang bisa diambil.

Sekedar mengingatkan, H. Ahmad Hanafi sedang diuji Allah dengan musibah kecelakaan tunggal yang dialaminya beberapa waktu lalu. Akibat kecelakaan tersebut, ia mengalami patah tulang pada betis kaki kanan dan harus dioperasi. Sehingga beliau tidak bisa lagi beraktivitas seperti biasanya.

Sudah lebih dari satu bulan, Hanafi begitu ia akrab disapa, istirahat di rumah. Beliau diminta dokter tidak memaksakan diri untuk latihan jalan dahulu. Karena selain tulang kakinya patah, juga ada urat yang putus. Dikhawatirkan masa pemulihan operasinya akan terganggu. Walhasil, suami dari Isti Qoriyah, S.Ag ini hanya bisa duduk dan ngesot di dalam rumah ditemani istri dan anak-anak tercinta.

Banyak keluarga, teman dan sahabat yang datang menjenguk sebagai wujud empati. Kemudian lebih banyak waktu berkumpul dengan istri dan anak-anak, sehingga rasa kebersamaan dan saling memiliki akan lebih terasa. Apa-apa serba dilayani. Meskipun terkesan tidak mandiri, tapi semua orang akan bisa memaklumi. Bahkan karena beliau belum bisa berjalan, tukang cukur rambut pun datang ke rumahnya untuk mencukur rambut ayah empat anak ini (hehehe). 

“Ada enaknya juga seperti Pak Hanafi. Setiap saat mendapat pelayanan prima,” canda Melati Murni salah satu Pelaksana Penyelenggara Syariah Kemenag Kota Pontianak yang ikut datang berkunjung bersama kami.

Suasana pun jadi riuh tertawa. Mungkin ada benarnya juga. Sungguh, hal tersebut mungkin tidak akan terjadi kalau saja beliau dalam keadaan sehat wal afiyat. Waktu bersama keluarga pasti tidak akan 24 jam. Keluarga, teman dan sahabat biasanya hanya akan datang pas idul fitri dan moment-moment tertentu saja. Dan masih banyak hal lain yang bisa diambil hikmah dan pelajaran dari kejadian ini. 

Saat kami berkunjung, Hanafi beserta istri dan anak-anak pun tampak tegar dan tetap ceria. Bahkan sejak awal pun, istrinya pernah berkata, bahwa semuanya sudah kehendak Allah. Sebagai manusia harus bisa menerima dan menjalani dengan sabar dan ikhlas.

“Jangan menangis, karena tidak akan merubah keadaan yang sudah terjadi. Kita harus kuat dan berdoalah kepada Allah semoga ayah segera diberi kesembuhan,” pinta istri Hanafi kepada anak-anaknya pada saat kecelakaan terjadi. 

Sungguh ucapan yang sangat bijak menurut penulis. Bijak menyikapi keadaan dan ikhlas menjalani hidup. Insya Allah akan lebih mudah melewati ujian atau musibah yang sedang menimpa. Subhanallah. Mungkin tidak akan banyak di dunia ini orang yang bisa tegar dan ikhlas menerima kenyataan ketika diberi ujian yang tidak menyenangkan. Akan tetapi hidup ini adalah pembelajaran. Hidup ini proses. Maka teruslah belajar mengikuti proses hidup. Proses itu baru akan berakhir manakala ajal datang menjemput. 

Buat teman-teman, saudara dan sahabat yang sedang mendapat ujian kesulitan dari Allah, apa pun bentuknya, jangan pernah menyerah. Karena Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hambanya. 

Yakinlah, Allah pasti sedang menguji hamba pilihannya, untuk menaikkan derajat manusia tersebut. Kalau kita diberi ujian kesulitan, ingat dan lihatlah di luar sana masih ada dan masih banyak yang lebih sulit dari apa yang kita alami. Agar kita bisa belajar menerima keadaan dan selalu mensyukuri hidup.*(Sumiati/Pelaksana Seksi PAI Kantor Kemenag Kota Pontianak).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar